SEKILAS INFO TENTANG SUB SUKU DAYAK “LEBANG NADO” KABUPATEN SINTANG (PROPINSI KALIMANTAN BARAT)

Suku dayak Lebang Nado adalah salah satu suku asli Kalimantan Barat yang tinggal di daerah kabupaten Sintang (Kal-bar) khususnya di kecamatan Kayan Hilir serta kecamatan Dedai, suku dayak ini tersebar diberbagai desa dan kampung pada dua kecamatan tersebut, adapun salah satu desa yang cukup banyak penduduknya diantara desa-desa yang lain yaitu di desa Linggam dengan jarak tempuh kira-kira 2 jam perjalanan menggunakan sepeda motor dari kota kabupaten Sintang. Semboyan orang dayak Lebang Nado adalah “ Idop Nyelamo Igan Jago Hengadok Mensio Ari Kemiak Hampai Tuo Dengan Berkat Petara" yang artinya " Hidup selamat, sehat selalu umat manusia dari yang masih kecil sampai jadi orang tua karena berkat Tuhan YME". Ada beberapa budaya bagi suku dayak lebang nado yang masih terpelihara hingga kini dan dunia supranatural suku dayak lebang yang masih kuat pada zaman dahulu hingga pada zaman sekarang.

Dunia  Supranatural
Dunia Supranatural bagi suku dayak Lebang Nado memang sejak zaman dulu merupakan ciri khas kebudayaan dayak Lebang Nado. Karena supranatural ini pula orang luar beropini bahwa orang dayak sebagai pemakan manusia ( Kanibal ) dan juga disebut Primitif. Namun pada kenyataannya suku dayak Lebang Nadao khususnya adalah suku yang sangat cinta damai asal mereka tidak di ganggu dan ditindak semena-mena.

Nyemanang ( Upacara Belian )
Upacara nyemanang atau disebut juga belian adalah salah satu acara adat orang dayak Lebang Nado untuk menyembuhkan orang sakit yang sudah sekian bulan tidak kunjung sembuh, orang dayak Lebang Nado mempercayai roh orang yang sakit menahun tersebut dipanggil atau dipinjam oleh setan dan jin sehingga orang tersebut jatuh sakit, salah satu cara untuk memanggil roh tersebut adalah dengan cara memanggil kembali roh si sakit tersebut dengan cara upacara nyemanang atau belian yang di pimpin oleh orang pintar atau disebut semanang untuk membacakan mantra serta berkomunikasi dengan jin atau setan yang meminjam roh si sakit tersebut agar dipulangkan serta disembuhkan dari sakit, sebelum upacara ini dilaksanakan terlebih dahulu para keluarga dan kerabat menyiapkan sesaji untuk ritual ini, salah satunya menyiapkan daun sabang, beras kuning, mayang pinang, ayam kampung direbus bulat, beras ketan yang dimasukan kedalam bambu muda sebagai syarat yang harus disiapkan untuk kelangsungan upacara tersebut.

Mangkok Merah
Mangkok merah merupakan media persatuan suku dayak. Mangkok merah beredar jika orang dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. Mangkok merah terbuat dari tanah liat dan dibentuk bundar. Mangkok merah diedarkan dari kampung ke kampong secara cepat sekali oleh seseorang Panglima perang suku dayak. Di dalam mangkok merah disediakan juga perlengkapan seperti beras kuning, bulu ayam, obor atau lilin, daun rumbia. Mangkok merah tersebut kemudian dibungkus menggunakan kain berwarna merah.

Tato
Tato adalah identitas budaya suku dayak. Maka jangan kaget jika masuk ke perkampungan masyarakat dayak dan berjumpa dengan orang-orang tua yang di hiasi berbagai macam tato indah di beberapa bagian tubuhnya. Tato yang menghiasi tubuh mereka itu bukan sekedar hiasan, apalagi supaya dianggap jagoan. Tetapi, tato bagi masyarakat dayak memiliki makna yang mendalam. Tato merupakan bagian dari Tradisi, Religi, dan Status sosial seseorang dalam masyarakat dayak, serta bisa pula sebagai bentuk penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang. Karena itu, tato tidak bisa dibuat sembarangan.  Ada aturan-aturan tertentu dalam pembuatan tato atau parung, baik pilihan gambarnya, struktur sosial orang yang di tato maupun penempatan tatonya. Bagi masyarakat Dayak, banyaknya tato menggambarkan orang tersebut sudah sering mengembara. Karena setiap kampong memiliki motif tato yang berbeda, banyaknya tato menandakan pemiliknya sudah mengunjungi banyak kampong.

Berburu
Berburu adalah salah satu tradisi suku dayak yang hingga saat ini masih dilakukan oleh masyarakat suku Dayak pedalaman, khususnya yang hidup merambah di hutan-hutan. Mereka mempunyai cara unik dalam berburu binatang. Untuk berburu, mereka tidak menunggu binatang buruannya untuk mendekati mereka, tetapi mereka yang memanggil binatang yang di inginkan untuk datang dan mendekati mereka. Caranya tergantung dari binatang yang mereka buru. Misalnya untuk binatang rusa, mereka akan menirukan suara anak rusa dengan menggunakan sejenis daun serai yang dilipat melintang dan di tiup. Hasil tiupan akan muncul suara seperti suara anak rusa. Rusa selalu melindungi anaknya.
Dengan mendengar suara ini dia merasa anaknya membutuhkan pertolongan. Alat buru yang biasa mereka gunakan hanyalah tombak dan sumpit. Karena sumpit mereka panjang, biasanya sumpit tersebut bisa juga digunakan sebagai tombak. Jarum sumpit yang digunakan berburu biasa diolesi dengan ramuan racun yang berfungsi melumpuhkan bahkan mematikan. Pemburu biasanya membawa beberapa ekor anjing dalam berburu. Karena anjing memiliki penciuman yang tajam untuk mencium bau binatang buruan. Selama berburu mereka juga menghitung waktu dan arah angin. Perhitungan waktu berkaitan dengan aktifitas binatang buruan.

1. Behido atau Gawai Tutup Tahun
Orang dayak lebang nado selalu bersyukur kepada Petara (Tuhan) atas anugrah yang telah diberikan kedunia ini, misalnya pesta behido sebagai wujud terima kasih orang dayak lebang nado atas hasil panen yang didapat dari ladang (umo) pada akhir musim panen telah selesai, pesta ini juga dikenal dengan upacara tutup tahun, dalam pelaksanaannya dimana masing-masing desa atau kampung orang dayak lebang menentukan tanggal, bulan serta harinya, yang telah dimusyawarakan oleh kepala kampung dengan masyrakatnya, kemudian setelah ada kesepakatan masing-masing memberitahukan (mehan ngabang) kepada keluarga atau sanak saudara yang berbeda kampung untuk datang pada acara tersebut, untuk memeriahkan dan menjamu tamu atau keluarga yang datang setiap rumah menyiapkan makanan serta minuman, termasuk minuman khas suku Dayak yaitu Tuak dan daging babi sebagai sesuatu yang harus ada untuk disediakan kepada pengabang (tamu). Acara ini berlangsung selama 1 hari 1 malam, sehingga pada hari kedua para pengabang sudah pulang kekampung halaman masing-masing untuk menyiapkan pesta berikutnya, karena pesta ini diadakan secara rolling atau bergiliran dari kampung satu ke kampung berikutnya.

2. Menik Anak ( Upacara Memandikan Bayi ke Sungai )
Upacara menik anak merupakan acara adat suku dayak lebang nado. menik anak merupakan upacara yang dilaksanakan untuk memandikan bayi yang baru lahir setelah berumur 40 hari sampai dengan 2 bulan. upacara ini sebagai wujud rasa syukur orang tua dan keluarga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah yang telah diberikanNYA, disamping juga sebagai wujud bagi seorang bayi yang baru lahir yang kelak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang tumbuh besar yang nantinya akan mandi disungai tersebut, orang-orang suku dayak lebang menpercayai bahwa semua bentuk binatang yang ada didalam sungai tersebut melindungi si anak dari malapetaka serta bahaya yang mengancam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fakta Tanaman Sengkubak

Baju Pengantin Suku Dayak